4A PARIWISATA
Tinjauan Tentang Konsep 4A Daya Tarik Wisata Menurut
Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus
dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu: attraction, accessibility, amenity
dan ancilliary.
1. Attraction (Atraksi)
Merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya
mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang
dikembangkan menjadi atraksi wisata
itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Untuk menemukan potensi
kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari
oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga,
yaitu 1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi
buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi
atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut ditemukan. Ada modal
kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga dapat menahan wisatawan selama
berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, atau bahkan pada kesempatan lain
wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan atraksi menjadi alasan
serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata (DTW)
2.
Amenity (Fasilitas)
Amenity
atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh
wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang
dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan.
Dengan menggunakan prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata
atau Akomodasi seperti hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan, dan
sebagainya. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan
sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik,
tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-lain. Mengingat
hubungan antar sarana dan prasarana, sudah jelas bahwa pembangunan prasarana
pada umumnya harus mendahului sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama
dalam rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat
berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik. Ada
hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat
untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan prasarana.
3.
Accessibility (Aksesibilitas)
Accessibility merupakan hal yang paling penting
dalam kegiatan pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi
menjadi akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan
dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu
ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik
seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan yang
mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di daerah tersebut. Jika suatu daerah
memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai
sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi. Namun pada saat ini diwilayah
Indonesia masih banyak daerah yang berpotensi untuk tujuan wisata tapi sarana
transportasinya yang mendukung akomodasi wisata, masih belu memadai, terutama
tujuan wisata yang ada didaerah pelosok, wisata alam dan lainnya
4.
Ancilliary (Pelayanan kelembagaan)
Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda
dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku
pariwisata. Pelayanan yang disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik
(jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain). serta
mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan segala peraturan
perundang-undangan baik di jalan raya maupun di objek wisata. Dan juga
menciptakan rasa keamanan (protection of tourism) dan terlindungi bagi
wisatawan. Ancilliary juga merupakan
hal–hal yang mendukung sebuah kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan,
Tourist Information, Travel Agent dan stakeholder yang berperan dalam
kepariwisataan.
Ø
Alasan
4A berpengaruh terhada pariwisata didunia
4A Pariwisata merupakan faktor yang sangat vital dalam
pengembangan suatu destinasi pariwisata. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor
pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu Negara, khususnya
perekonomian negara karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu sumber
pendapatan yang cukup pontensial. Menurut buku tourism industry 2000,
Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka
pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan
terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods)
ataupun yang berupa jasa – jasa (service) yang dihasilkan melalui proses
produksi.
Karena begitu pentingnya
pariwisata terhadap kemajuaan suatu Negara harus didukung oleh factor factor
yang berpengaruh terhadap pariwisata yaitu 4A. Apa bila suatu objek wisata
tidak mencakup atau tidak melengkapi 4A
dalam Pariwisata maka kegiatan pariwisata pada suatu objek wisata tidak akan
berjalan sesuai mana mestinya. Sehingga sangat berpengaruh besar terhadap
pariwisata dan berpengaruh juga terhadap perekonomian.
Untuk itu, 4A Pariwisata harus saling melengkapi agar suatu
kegiatan pariwisatan berjalan dengan baik dan sempurna.
Aspek
- Aspek Permintaan dan Penawaran Pariwisata :
Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik, 1980 (dalam
Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran
pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Attraction (daya tarik);
daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti
memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan
budayanya.
2. Accesable (transportasi);
accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan
mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
3. Amenities (fasilitas);
amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan
dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.
4. Ancillary (kelembagaan);
adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari
DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection
of tourism) dan terlindungi.
Selanjutnya Smith, 1988
(dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa yang harus
disediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:
(1)Transportation, (2)Travel services, (3)Accommodation, (4)Food services,
(5)Activities and attractions (recreation culture/entertainment), dan (6)
Retail goods.
Aspek Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik, 1980 (dalam
Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi
permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga; harga yang tinggi
pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan
yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula
sebaliknya.
2. Pendapatan; apabila
pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata
sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan
membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya; dengan adanya sosial budaya
yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata
berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan
membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah
kekayaan pola pikir budaya wisatawan.
4. Sospol (Sosial Politik);
dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam
situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan
kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam
terjadinya permintaan.
5. Intensitas keluarga;
banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal
ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk
berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat
dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga barang substitusi;
disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam
aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti
DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata
utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan
kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara
tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti
Malaysia dan Singapura.
7. Harga barang komplementer;
merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang
komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan
dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling
melengkapi dengan objek wisata lainnya.
Sedangkan Jackson, 1989
(dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan
pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah
penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu
senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem
pemasaran pariwisata yang ada.
Dari kedua pendapat di atas,
aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu
negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang
dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi
informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia,
sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik
wisatawan.
Post a Comment